Jumat, 11 Oktober 2013

Proses Pengkajian Dalam Metodologi ASKEP

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi nikmat berupa sehat dan kelancaran dalam menyusun makalah ini dengan tema ““
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi ASKEP, prodi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang terkait yang sifatnya membangun agar dapat bermanfaat bagi penulis khususnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.





Sukabumi,        September 2013


Penyusun

  
BAB I
PENDAHULUAN

I.1  Latar Belakang
            Tuntutan masyarakat  untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional merupakan agenda terpenting pelayanan kesehatan. Untuk mewujudkan pelayanan yang optimal, dibutuhkan tenaga perawat yang profesional.  Profesionalisme perawat dalam bekerja dapat dilihat dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien yang dirawatnya. Perawat perlu mendokumentasikan segala bentuk asuhan keperawatan yang diberikan melalui pencatatan atau pendokumentasian. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap klien yang dirawatnya. Di negara maju, sistem pendokumentasian asuhan keperawatan dibuat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta dilakukan secara profesional. Namun di beberapa negara berkembang, seperti rumah sakit di Indonesia hanya beberapa gelintir rumah sakit saja yang telah memiliki system informasi rumah sakit.
Pendokumentasian asuhan keperawatan banyak dilakukan secara manual, membutuhkan banyak waktu, ketelitian dan ketelatenan.  Untuk membangun sistem informasi berbasis teknologi komputer, rumah sakit harus mengeluarkan  dana yang tidak sedikit. Selain dana, dibutuhkan pula sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sistem tersebut. Asuhan keperawatan dapat tergambar antara lain pada dokumentasi proses keperawatan.   

I.2Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.         Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mendokumentasikan berbagai hal serta tindakan dalam proses keperawatan.
2.         Tujuan Khusus
-  Mahasiswa mengerti tentang dokumetasi keperawatan.
-  Mahasiswa dapat membuat dokumentasi keperawatan yang tepat sesuai dengan proses keperawatan.
-  Mahasiswa mengetahui tahap – tahap pendokumentasian dalam proses keperawatan.

1.3  Manfaat

1.  Memberikan informasi tentang pendokumentasian dalam keperawatan.
2. Agar kita sebagai perawat dapat mempersiapkan asuhan keperawatan yang tepat dan profesional.
3.  Memberikan pengetahuan tentang model pendokumentasian dalam keperawatan.
4.  Memberikan pengetahuan tentang tahapan – tahapan pendokumentasian.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1      Pengkajian Dalam Proses Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang dapat dibuktikan dan dijadikan bukti secara hukum. Dokumentasi Keperawatan adalah dokumen yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien, tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan yang diberikan (fisbach, 1991)
Asuhan Keperawatan adalah merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien / pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Proses Keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien / klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan Keperawatan (evaluasi). Menurut Ali (1997)
Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan. Sehingga kesimpulannya adalah dokumentasi keperawatan merupakan pencatatan informasi yang mencakup aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual pada setiap tahap proses keperawatan, serta menjadi penegakkan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi dalam proses keperawatan yang di susun secara sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan.
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien / pasien. Menurut “Abraham Maslow” ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu :
1.       Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi
2.       Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
3.       Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
4.       Kebutuhan akan harga diri
5.       Kebutuhan aktualisasi diri




II.2      Pengertian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan).
Tahap Pengkajian adalah pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnose keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan repon individu.

II.3      Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan umum dari pengkajian yaitu mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan, kekuatan (kemampuan) pasien dan rencana yang efektif dalam perawatan pasien.

Tujuan Khusus :
1.    Informasi utama (inti) bagi pasien dan keluarga.
2.    Dasar menentukan diagnosa keperawatan.
3.    Sumber informasi yang dapat membantu mendiagnosa masalah yang baru muncul.
4.    Mendukung keputusan klinis agar tercapai tujuan dan tindakan yang sesuai.
5.    Dasar menentukan kebutuhan pasien, keluarga dan pengasuh pasien.
6.    Dasar menentukan kebutuhan pasien jika pulang.
7.    Dasar pemilihan perawatan dan penentuan biaya perawatan.
8.    Memproteksi hak-hak legal.
9.   Komponen sistem pelayanan pasien ( dapat untuk menetukan kebutuhan staf perawatan, biaya perawatan pasien, dll).
10. Untuk mengindentifikasi kebutuhan dan respons klien yang unik terhadap masalah-masalah dan akan ditegakkan menjadi diagnosis keperawatan yang mempengaruhi rencana intervensi keperawatan yang diperlukan.
11. Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dan beberapa sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan diidentifikasi
12. Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai poin refernesi dalam mengukur perubahan yang terjadi pada kondisi kesehatan klien.
13. Untuk mengidentifiaksi karakteristik sesuai respons dan kondisi kesehatan klien yang akan mempengaruhi rencana dan pemberian intervensi keperawatan.
14.  Untuk menyuplai data yang cukup guna memberikan intervensi
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
15.  Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan
yang efektif.

Tujuan Pengkajian menurut Fundamental Keperawatan :
1.    Menetapkan dasar data tentang kebutuhan
2.    Menetapkan masalah kesehatan
3.    Menetapkan pengalaman yang berkaitan
4.    Menetapkan praktek kesehatan
5.    Menetapkan tujuan nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien

II.4      Data Dasar dan Data Fokus

a.       Data dasar
Merupakan kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. (Taylor, Lillis & Le Mone, 1996).

b.      Data focus
Merupakan data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.


II.5      Fokus Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah aktifitas harian.

II.6      Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment).

a)         Tujuan Pengumpulan Data

1.    Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
2.    Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3.    Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
4.    Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya.

b)   Tipe Data :

1. Data Subjektif
Merupakan data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.

2. Data Objektif
Merupakan data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.

c)            Karakteristik Data

1. Lengkap
Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan.

2. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti.
Misalnya, pada observasi :
“klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”
Jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.



3. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus.


II.7      Sumber Data

1. Sumber data primer

Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.

2. Sumber data sekunder

Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar.

3. Sumber data lainnya

a)         Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.
Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan.

b)         Riwayat penyakit
   Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis.


c)          Konsultasi
Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan diagnosa.

d)        Hasil pemeriksaan diagnostik
Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan.

e)         Perawat lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan.

f)           Kepustakaan.
Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat.

II.8      Metode Pengumpulan Data

1)         Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
-          Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien.
-          Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.

Tahapan wawancara / komunikasi :
a.  Persiapan
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.

b.   Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.

c.  Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
·     Fokus wawancara adalah klien.
·     Mendengarkan dengan penuh perhatian.
·     Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien.
·     Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
·     Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.
·  Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
·    Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.

d.  Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. 

2)   Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :
a.  Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : `Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam satu menit` —- kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
b.   Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien.
c.  Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat yang lain.
3)   Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah


a.  Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll

b.   Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.

c.   Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

d.  Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan kemampuan komunikasi yang baik dari perawat dalam proses keperawatan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan yang meliputi : tahap pengkajian yaitu tahap awal dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian dilakukan oleh perawat dalam rangka pengumpulan data klien. Data klien diperoleh melalui wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik (laboratorium,foto, dan sebagainya), informasi atau catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien.
B.     Saran
Bagian akhir dari makalah ini, kami sarankan bahwa aturan komunikasi dalam proses keperawatan yang telah ditetapkan dapat dijalankan sesuai prosedurnya dan mahasiswa/i diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengumpulkan, memadukan, menyamakan, menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan dan meningkatkan kinerja dalam mewujudkan komunikasi yang adekuat sehingga mampu menjadi mahasiswa/i professional dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal serta diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang tahap-tahap proses keperawatan dalam komunikasi proses keperawatan.






DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar