Jumat, 11 Oktober 2013

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial

I.    Krisis
Krisis adalah reaksi berlebihan terhdap situasi yg mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yg dimiliki klien dan respons kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.

Jenis krisis
a.      Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (mis, dari remaja ke dewasa.)
b.      Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yg  tiba – tiba dan tidak terduga alam kehidupan seseorang (mis, kematian orang yg di cintai.)
c.       Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam

Intervensi krisis adalah  metode pemberian bantuan terhadap mereka yg tertimpa krisis, di mana masalah yg memebutuhkan penanganan yg cepat dapat segera di selesaikan dan keseimbangan psikis dapat di pulihkan.

Faktor penyeimbang merupakan hal yg penting dalam memprediksi hasil dari respons individu terhadap krisis. Faktor – factor tersebut adalah :
a.      Persepsi terhadap kejadian pencetus besifat realistis bukan terdistorsi
b.      Dukungan situasional (mis,keluarga, teman) tersedia bagi individu tersebut
c.       Mekanisme koping yg mengurangi ansietas

Prinsip intervensi krisis
1.      Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis
2.      Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek – aspek kesehatan dari fungsi individu
3.      Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah di gunakan secara sistematis meliputi :
a.       Mengkaji persepsiindividu terhadap masalah serta mengkaji kelebihan dankekurangan sistem pendukung individu dan keluarga.  
b.       Merencanakan hasil yg spesifikatau tujuan yg di dasarkan pada prioritas
c.       Memberikan penanganan langsung (mis.,menyediakan rumah singgah bila klien di usir dari rumah,merujuk klien ke “rumah perlindungan” bila terjadi penganiayaan oleh suami atau istri)
d.      Mengevaluasi hasil dari intervensi
Poses keperawatan
a.      Pengkajian
1.      Identifikasi kejadian pencetusdan situasi krisis
2.      Tentukan persepsi klien tentang krisis yg di hadapi, meliputi kebutuan utama yg terancam olehkrisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala – gejala yg di alami klien
3.      Tentukan faktor – faktor penyeimbang yg ada, meliputi apakah klien memiliki persepsi yg realistis terhadap krisis yg terjadi, dukungan situasional (mis., keluarga, teman, sumber daya financial, sumber daya spiritual, dukungan masyarakat ), dan penggunaan mekanisme koping
4.      Identifikasi kelebihan klien

Gejala umum individu yg mengalami krisis
·         Gejala fisik :keluhan somatik (mis.,sakit kepala, gejala gastrointestinal,rasa sakit ). Gangguan nafsu makan (mis.,peningkatan atau penurunan berat badan yg signifikan). Ganguan tidur (mis.,insomnia,mimpi buruk). Gelisah, sering menangis,iritabilitas.
·         Gejala kognitif :
Konfusi, sulit berkonsentrasi, pikiran yg kejar mengejar, ketidakmampuan mengambil keputusan.
·         Gejala perilaku :
Disorganisasi ,impulsive,ledakan kemarahan,sulit menjalankan tanggung jawab peran yg biasa, menarik diri dari interaksi sosial
·         Gejala emosional :
Ansietas, marah, merasa bersalah, sedih, depresi, paranoia, curiga, putus asa, tidak bedaya.

Pertanyaan pengkajian untuk individu yg mengalami krisis
Pertanyaan dan data yg di berikan klien

“ Apa yg terjadi pada anda?”

Persepsi individu terhadap hal yg terjadi(realistic atau terdistorsi)
.
“ Apa yg anda pikir dan rasakan?”

Gejala kognitif atau emosional atas apa yg terjadi
.
“ Apakah anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku anda yg biasanya?”

Gejala fisik, prilaku

“ Apakah anda sudah pernah mengalami hal yg serupa dengan kejadian ini dalam hidup anda? Kalau, ya,bagaimana anda melakukan koping pada saat itu?”

Pengalaman masa lalu tentang krisis dan koping yg di gunakan

“ Menurut anda, apa yg menjadi kelebihan pribadi anda?”

Pengakuan individu atas kelebihanya

“ Siapa yg anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung anda?”

System pendukung yg ada dalam hidup anda

“ Apa yg telah anda coba sejauh ini untuk mengatasi krisis tersebut?”

Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini.

b.      Diagnosis keperawatan
1.      Analisis
a.      Analisis persepsi unik klienterhadapkrisis dan kejadian pencetusnya.
b.      Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukugan pribadi, social ,dan lingkungan klien
c.       Analisis sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis
2.      Diagnosis keperawatan yg mungkin muncul:
a.      Gangguan citratubuh
b.      Koping individu tidak efektif
c.       Berduka disfungsional
d.      Respons pascatrauma
e.       Ketidak berdayaan
f.       Sindrom trauma perkosaan
g.      Distress spiritual
h.      Resiko kekerasan pada diri sendiri / orang lain

3.      Perencanaan dan identifikasi hasil
·         Bantu klien dalam menetapkan tujuan jangka pendek yg realistis untuk pemulihan seperti sebelum krisis
·         Tentukan kriteria hasil yg di inginkan untuk klien, individu yg mengalami krisis akan :
a.       Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
b.      Mendiskusikan pilihan – pilihan yg ada untuk mengatasinya
c.       Mengidentifikasi sumber daya yg adayg dapat memberikan bantuan
d.      Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
e.       Mengimplementasikan tindakan yg di perlukan untuk mengatasi krisis
f.       Menjaga keselamatan bila situasi memburuk

4.      Implementasi
·         bentuk hubungan dengan mendengarkan ecara aktif dan menggunakan respons empati
·         anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu klien mengutarakan pikran dan perasaanya
·         dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping
·         gunakan pendekatan pemecahan masalah
·         lakukan intevensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri

5.      Evalusi hasil
·         Keselamatan klien dapat di pertahankan sebagai hasil dari intervensi yg adekuat terhadap ekspresi prilaku yg tdk terkendali
·         Klien mengidentifikasi hubungan antara stressor dan gejala yg di alami selama krisis
·         Klien mengevalusi solusi yg mungkin di lakukan untuk mengatasi krisis
·         Klien memilih pilihan solusi
·         Klien kembali ke keadaan sebelum krisis atu memperbaiki situasi atau perilaku

II.   Psikoseksual
 Seksualitas dalam arti luas ialah semua aspek badaniah. Psikologik dan kebudayaan yg berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia.
       Seksologi ialah ilmu yg empelajari segala aspek tentang seks.
            Seksualitas adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan, kemesraan dan cinta, termasuk di dalamnya memandang, berbicara, bergandengan tangan. Seksualitas mengandung arti yg luas bagi manusia,karena sejak manusia lahir ke muka bumi ini hal tersebut sudah menyertainya.
             Dengan demikian, maka seks juga bio-psiko-sosial,karena iti pendidikan mengenai seks harus holistik. Bila di titik beratkan pada salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada individu
Beberapa pengertian yg berkaitan dengan psikoseksual meliputi :
1.      Sekxual identity (identitas jenis kelamin)
Kesadaran individu akan kelaki_lakianya atau kewanitaan tubuhnya. Hal ini tergantung pada ciri-ciri seksual biologiknya ,yaitu kromosom,genitalia eksterna dan interna, komposisi hormonal, testes dan ovaria serta ciri  –  ciri seks sekunder. Dalam perkembangan yg normal, pola ini bersatu padu sehingga seorang individu sejak umur 2 atau 3 tahun sudah tidak ragu – ragu lagi tentang jenis seksnya.

2.      Gender identity (identitas jenis kelamin)
Identitas jens kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin kepribadiannya merupaka hasil isyarat dan petunjuk yg tak terhitung banyak nya dari pengalaman dengan anggota keluaga, guru, kawan, teman sekerja dan dari fenomena kebudayaan.

3.      Gender role behavior (perilaku peranan jenis kelamin)
Yaitu semua yg di katakana dan di lakukan seseorang yg menyatakan bahwa dirinya itu seorang wanita atau pria
      Teori psikoseksual
1.      Menurut teori libido Freud
Insting seksual dalam perkembangannya dari masa kanak – kanak menjadi dewasa melalui beberapa fase:oral, anal,falik dan genital. Tiap fase di dominasi oleh sebuah organ somatik. Bila pada suatu fase tertentu tuntutan tidak di penuhi secara wajar, maka terjadilah fiksasi atau pemberhentian pada fase itu.
2.      Teori interpersonal
Memandang gangguan seksual sebagai manifestasi kekacauan hubungan antar manusia yg di nyatakan dalam bidang seksual. Teori kebudayaan menganggap bahwa kepercayaan,adat istiadat, dan norma yg khas bagi suatu masyarakat tercerminkan dalam psikologi dan psikopatologi seseorang, juga dalam bidang seksual.

3.      Teori biologis
Beberapa faktor organic telah d implikasikan dalam etilogi dari parafilia. Hal ini mencakup abnormalitas dalam system limbik otak, epilepsy lobus temporal, tumor lobustemporal dan kadar androgen abnormal .

4.      Teori psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik mendefinisikan parafilia sebagai seseorang yg telah gagal dalam proses perkembangan normal ke arah penilaian heteroseksual.

Seksualitas normal dan penyesuaian seks yg sehat
Perilaku seksual yg normal ialah yg dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuha individu mengenai kebahagiaan dan pertumbuhan, yaitu perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik

Penysuaian diri seksual yg sehat ialah kemampuan memperoleh penglaman seksual tanpa rasa takut dan salah, jatuh cinta pada waktu yg cocok dan menikah dengan partner yg dipilhnya serta mempertahankan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual terhada partner-nya

Rentang respon rerilaku seksual
Yg adaptif terlihat dari perilaku yg memenuhi kriteria:
1. Terjadinya antara dua orang dewasa
2. Memberikan kepuasan timbal balik bagi pihak yg terlibat
3. Tidak membahayakan kedua belah pihak baik secara psikologis maupun fisik
4. Tidak ada paksaan
5. Tidak di lakuan di tempat umum

Yg mall adaptif meliputi perilaku yg tidak memenuhi satu atau lebih kriteria di atas.

Disfungsi seksual
Adalah  keadaan dimana seorang individu mengalami suatu perubahan dalam fungsi seksua yg di gambarkan sebagai ketidakpuasan, merasa tidak di hargai, tidak adekuat.
Jenis – jenis disfungsi seksual:
1.      Penyimpangan seksual Hipo dan Hiper seksualitas
Pada kedua duanya pria dan wanita, mungkin keinginan atau dorongan seksual itu hanya kecil atau sebaliknya besar. Bilamana ha ini sudah patologik sukar sekali di katakan. Sebagai patokan dapat di pakai keluhan dari mereka sendiri atau dari partner-nya.

2.      Penyimpangan hasrat
(Hipo aktif, keengganan seksual frigiditas)

3.      Penyimpangan getaran seksual (baik pria maupun wanita )
4.      Penyimpangan orgasme
5.      Penyimpangan nyeri seksual
6.      Gangguan kemampuan seks
7.      Masturbasi kompulsif

Deviasi seksual dan seksual abnormal
Adalah gangguan arah – tujuan seksual. Cara utama untuk mendapatkan kepuasan seksual ialah dengan objek lain. Yang dimaksud dengan deviasi seksual di klafisikasikan dalam gangguan jiwa (PPDGJ - 1), yaitu:
1.      Homosexualitas (dan lesbianisme)
2.      Fetishisme
3.      Pedofilia
4.      Transvestitisme
5.      Ekshibionisme
6.      Voyeurisme
7.      Sadisme  dan masokhisme; dan
8.      Transeksualisme
9.      Deviasi seksual lain

Faktor predisposisi penyimpangan seksual
1.      Faktor biologis
Penyimpangan hasrat seksual Hipo aktif di hubungkan dengan kadar testosteron serum yg rendah pada seorang pria dan untuk meningkatkan kadar serum prolaktin pada wanita
2.      Faktor psikososial
Penyimpangan hasrat seksual dapat berhubungan dengan sejumlah konflik perkembangan awal yg telah membiarka individu dengan hubungan bawah sadar antara impuls seksual dan perasaan malu, bersalah dengan berlebihan
Faktor presipitasi
          Identitas seksual tidak dapat di pisahkan dari konsep diri atau gambaran diri seseorang. Faktor presipitasi spesifik meliputi :
1.      Penyakit fisik dan emosional
2.      Efek samping dari pengobatan
3.      Kecelakaan atau pembedahan
4.      Perubahan karena proses penuaan
Manifestasi klinik pada deviasi seksual
1.      Memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain/ asing
2.      Getaran seksual pada kehadiran objek objek yg tidak hidup
3.      Menyentuh atau menggosokan alat kelamin seseorang terhadap orang yg tidak mengizinkan
4.      Tertarik kepada atau melakukan tindakan seksual dengan anak prapubertas
5.      Getaran seksual melalui mempermalukan, memukul, melempar, atau sebaliknya untuk membuat menderita (melalui fantasi, membuat diri sendiri menderita atau dengan seorang pasangan seksual)
6.      Getaran seksual dengan membuat penderitaan psikologis atau fisik pada individu lain (baik dengan yg mengzinkan atau yg tidak mengizinkan)
7.      Getaran seksual melalui memakai pakaian lawan jenis
8.      Etaran seksual melalui mengamati orang – orang yg tidak di curigai baik yg telanjang atau terlibat dalam aktivitas seksual
9.       Masturbasi yg seringkali di sertai dengan aktivitas – aktivitas yg di gambarkan saat mereka melakukannya seorang diri
10.  Individu itu tampak sekali distress dengan aktivitas – aktivitas ini

Pengkajian

a.       Kesadaran diri perawat merupakan elemen terpenting agar dapat membantu pasien dengan masalah seksualitas
b.      Faktor perilaku
Ada beberapa cara ekspresi seksual. Pada tahun 1948,kinsesy menggunakan skala sampai nilai 7 untuk memeriksa kecenderungan seseorang, dimana 0 menunjukkan pengalaman heteroseksual yg eksklusif. 6 berarti pengalaman homoseksual yg ekslusif, dan 2,3, serta 4 menunjukan biseksualitas. Ia melaporkan bahwa kebanyakan individu tidak secara ekslusif heteroseksual maupun homoseksual.
c.       Mekanisme koping yg munkin menggunakan untuk mengekpresikan respon seksual individu:
·         Fantasi mungkin di gunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual.
·         Denial, mungkin di gunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik atau ketidakpuasan seksual
·         Rasionalisasi, mungkin di gunakan untuk mendapatkan pembenaran atau penerimaan tentang motif prilaku, perasaan dan impuls seksual
·         Menarik diri, mungkin di lakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalen terhadap hubungan intim yg belum terselesaikan secara tuntas 
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan  yg mungkin timbul pada klien dengan penyimpangan respons                         seksual :
a.       Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan rasa malu setelah mastektomi, ditandai oleh tidak adanya keinginan seks
b.      Perubahan pola seksuallitas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencapai orgasme,ditandai oleh tidak adanya kepuasan seksual
c.       Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan konflik perkawinan, di tandai oleh tidak timbulnya gairah pada saat pemanasan sebelum berhubungan intim
d.      Disfungsi seksual berhubungan dengan meminum alcohol yg berlebihan, di tandai oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi
e.       Disfungsi seksual berhubungan dengan rasa takut terhadap penetrasi, di tandai dengan rasa sakit ketika berhubungan intim

Perencanaan
Tujuan : mempertahankan hubungan professional antara perawat – pasien yg memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yg terapeutik
Hasil yg di harapakan : pasien akan mencapai tingkat respons seksual adaptif maksimal untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan
Prinsip asuhan:
·         Menjalin hubungan saling percaya
·         Waspada kepada perasaan dan pikiran dalam diri sendiri
·         Kurangi ekpresi perasaan dan prilaku seksual pasien
·         Perluas penghayatanpasien ke dalam persaan dan prilaku
intervensi :
·         Ekspresikan perhatian dan kepedulian yg non seksual kepada pasien
·         Kuatkan tujuan hubungan terapeutik yg professional antara perawat pasien
·         Gunakan pendekatan yg tenang pada fakta tanpa memberkan penilaian
·         Dengarkan masalah seksual yg tersirat dan di ekspresikan
·         Bantu pasien menggali keyakinan, nilai dan pertanyaan tentang seksual
·         Dukung komunikasi yg terbuka antara pasien dan pasangannya
·         Berikan penyuluhan tertentu tentang praktek kesehatan, perilaku , dan masalah seksual
·         Rujuk pasien pada terapi seks yg professional sebagaimana yg di perlukan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar