I. Krisis
Krisis adalah reaksi berlebihan terhdap situasi yg
mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yg dimiliki klien dan respons
kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.
Jenis krisis
a.
Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap
lain dalam siklus kehidupan (mis, dari remaja ke dewasa.)
b.
Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yg tiba – tiba dan tidak terduga alam kehidupan
seseorang (mis, kematian orang yg di cintai.)
c.
Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam
Intervensi
krisis adalah metode pemberian bantuan terhadap mereka yg
tertimpa krisis, di mana masalah yg memebutuhkan penanganan yg cepat dapat
segera di selesaikan dan keseimbangan psikis dapat di pulihkan.
Faktor
penyeimbang merupakan hal yg
penting dalam memprediksi hasil dari respons individu terhadap krisis. Faktor –
factor tersebut adalah :
a.
Persepsi terhadap kejadian pencetus besifat realistis bukan terdistorsi
b.
Dukungan situasional (mis,keluarga, teman) tersedia bagi individu tersebut
c.
Mekanisme koping
yg mengurangi ansietas
Prinsip intervensi
krisis
1.
Tujuan intervensi
krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis
2.
Penekanan
intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek – aspek kesehatan dari
fungsi individu
3.
Dalam intervensi
krisis, pendekatan pemecahan masalah di
gunakan secara sistematis meliputi :
a.
Mengkaji persepsiindividu terhadap masalah serta mengkaji
kelebihan dankekurangan sistem pendukung individu dan keluarga.
b.
Merencanakan hasil
yg spesifikatau tujuan yg di
dasarkan pada prioritas
c.
Memberikan penanganan langsung (mis.,menyediakan rumah singgah bila klien di usir dari
rumah,merujuk klien ke “rumah perlindungan” bila terjadi penganiayaan oleh
suami atau istri)
d.
Mengevaluasi hasil dari intervensi
Poses
keperawatan
a.
Pengkajian
1.
Identifikasi
kejadian pencetusdan situasi krisis
2.
Tentukan
persepsi klien tentang krisis yg di hadapi, meliputi kebutuan utama yg terancam
olehkrisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala – gejala yg di alami klien
3.
Tentukan
faktor – faktor penyeimbang yg ada, meliputi apakah klien memiliki persepsi yg
realistis terhadap krisis yg terjadi, dukungan situasional (mis., keluarga,
teman, sumber daya financial, sumber daya spiritual, dukungan masyarakat ), dan
penggunaan mekanisme koping
4.
Identifikasi
kelebihan klien
Gejala umum
individu yg mengalami krisis
·
Gejala fisik :keluhan
somatik (mis.,sakit kepala, gejala gastrointestinal,rasa sakit ). Gangguan
nafsu makan (mis.,peningkatan atau penurunan berat badan yg signifikan).
Ganguan tidur (mis.,insomnia,mimpi buruk). Gelisah, sering
menangis,iritabilitas.
·
Gejala kognitif :
Konfusi, sulit berkonsentrasi, pikiran yg kejar mengejar,
ketidakmampuan mengambil keputusan.
·
Gejala perilaku :
Disorganisasi ,impulsive,ledakan kemarahan,sulit
menjalankan tanggung jawab peran yg biasa, menarik diri dari interaksi sosial
·
Gejala emosional :
Ansietas, marah,
merasa bersalah, sedih, depresi, paranoia, curiga, putus asa, tidak bedaya.
Pertanyaan pengkajian untuk individu yg mengalami krisis
Pertanyaan dan data
yg di berikan klien
“ Apa yg terjadi
pada anda?”
Persepsi individu terhadap hal yg terjadi(realistic atau
terdistorsi)
.
“ Apa yg anda pikir
dan rasakan?”
Gejala kognitif atau emosional atas apa yg terjadi
.
“ Apakah anda
mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku anda yg biasanya?”
Gejala fisik, prilaku
“ Apakah anda sudah
pernah mengalami hal yg serupa dengan kejadian ini dalam hidup anda? Kalau,
ya,bagaimana anda melakukan koping pada saat itu?”
Pengalaman masa lalu tentang krisis dan koping yg di
gunakan
“ Menurut anda, apa
yg menjadi kelebihan pribadi anda?”
Pengakuan individu atas kelebihanya
“ Siapa yg anda
rasa sangat banyak membantu atau mendukung anda?”
System pendukung yg ada dalam hidup anda
“ Apa yg telah anda
coba sejauh ini untuk mengatasi krisis tersebut?”
Penggunaan tindakan
koping dalam situasi saat ini.
b.
Diagnosis keperawatan
1.
Analisis
a.
Analisis
persepsi unik klienterhadapkrisis dan kejadian pencetusnya.
b.
Analisis
keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukugan pribadi, social ,dan
lingkungan klien
c.
Analisis
sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis
2.
Diagnosis keperawatan yg mungkin muncul:
a.
Gangguan
citratubuh
b.
Koping
individu tidak efektif
c.
Berduka
disfungsional
d.
Respons
pascatrauma
e.
Ketidak
berdayaan
f.
Sindrom trauma
perkosaan
g.
Distress
spiritual
h.
Resiko
kekerasan pada diri sendiri / orang lain
3.
Perencanaan dan identifikasi hasil
·
Bantu klien dalam
menetapkan tujuan jangka pendek yg realistis untuk pemulihan seperti sebelum
krisis
·
Tentukan kriteria
hasil yg di inginkan untuk klien, individu yg mengalami krisis akan :
a.
Mengungkapkan
secara verbal arti dari situasi krisis
b.
Mendiskusikan
pilihan – pilihan yg ada untuk mengatasinya
c.
Mengidentifikasi
sumber daya yg adayg dapat memberikan bantuan
d.
Memilih strategi
koping dalam menghadapi krisis
e.
Mengimplementasikan
tindakan yg di perlukan untuk mengatasi krisis
f.
Menjaga keselamatan
bila situasi memburuk
4.
Implementasi
·
bentuk hubungan
dengan mendengarkan ecara aktif dan menggunakan respons empati
·
anjurkan klien
untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu klien mengutarakan
pikran dan perasaanya
·
dukung kelebihan
klien dan penggunaan tindakan koping
·
gunakan pendekatan
pemecahan masalah
·
lakukan intevensi
untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
5.
Evalusi hasil
·
Keselamatan klien
dapat di pertahankan sebagai hasil dari intervensi yg adekuat terhadap ekspresi
prilaku yg tdk terkendali
·
Klien
mengidentifikasi hubungan antara stressor dan gejala yg di alami selama krisis
·
Klien mengevalusi
solusi yg mungkin di lakukan untuk mengatasi krisis
·
Klien memilih
pilihan solusi
·
Klien kembali ke
keadaan sebelum krisis atu memperbaiki situasi atau perilaku
II. Psikoseksual
Seksualitas dalam arti luas ialah semua aspek badaniah. Psikologik dan kebudayaan yg
berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia.
Seksologi ialah ilmu yg empelajari segala
aspek tentang seks.
Seksualitas adalah keinginan untuk
berhubungan, kehangatan, kemesraan dan cinta, termasuk di dalamnya memandang,
berbicara, bergandengan tangan. Seksualitas mengandung arti yg luas bagi
manusia,karena sejak manusia lahir ke muka bumi ini hal tersebut sudah
menyertainya.
Dengan demikian, maka seks juga bio-psiko-sosial,karena
iti pendidikan mengenai seks harus holistik. Bila di titik beratkan pada salah
satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada individu
Beberapa pengertian yg berkaitan dengan psikoseksual
meliputi :
1.
Sekxual identity
(identitas jenis kelamin)
Kesadaran individu akan kelaki_lakianya atau kewanitaan
tubuhnya. Hal ini tergantung pada ciri-ciri seksual biologiknya ,yaitu
kromosom,genitalia eksterna dan interna, komposisi hormonal, testes dan ovaria
serta ciri – ciri seks sekunder. Dalam perkembangan yg
normal, pola ini bersatu padu sehingga seorang individu sejak umur 2 atau 3
tahun sudah tidak ragu – ragu lagi tentang jenis seksnya.
2.
Gender identity
(identitas jenis kelamin)
Identitas jens kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin
kepribadiannya merupaka hasil isyarat dan petunjuk yg tak terhitung banyak nya
dari pengalaman dengan anggota keluaga, guru, kawan, teman sekerja dan dari
fenomena kebudayaan.
3.
Gender role
behavior (perilaku peranan jenis kelamin)
Yaitu semua yg di katakana dan di lakukan seseorang yg
menyatakan bahwa dirinya itu seorang wanita atau pria
Teori psikoseksual
1.
Menurut teori
libido Freud
Insting seksual dalam perkembangannya dari masa kanak –
kanak menjadi dewasa melalui beberapa fase:oral, anal,falik dan genital. Tiap
fase di dominasi oleh sebuah organ somatik. Bila pada suatu fase tertentu
tuntutan tidak di penuhi secara wajar, maka terjadilah fiksasi atau
pemberhentian pada fase itu.
2.
Teori interpersonal
Memandang gangguan seksual sebagai manifestasi kekacauan
hubungan antar manusia yg di nyatakan dalam bidang seksual. Teori kebudayaan
menganggap bahwa kepercayaan,adat istiadat, dan norma yg khas bagi suatu masyarakat
tercerminkan dalam psikologi dan psikopatologi seseorang, juga dalam bidang
seksual.
3.
Teori biologis
Beberapa faktor organic telah d implikasikan dalam
etilogi dari parafilia. Hal ini mencakup abnormalitas dalam system limbik otak,
epilepsy lobus temporal, tumor lobustemporal dan kadar androgen abnormal .
4.
Teori psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik mendefinisikan parafilia sebagai
seseorang yg telah gagal dalam proses perkembangan normal ke arah penilaian
heteroseksual.
Seksualitas
normal dan penyesuaian seks yg sehat
Perilaku
seksual yg normal ialah yg dapat
menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan
kebutuha individu mengenai kebahagiaan dan pertumbuhan, yaitu perwujudan diri
sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya
menjadi lebih baik
Penysuaian
diri seksual yg sehat ialah
kemampuan memperoleh penglaman seksual tanpa rasa takut dan salah, jatuh cinta
pada waktu yg cocok dan menikah dengan partner
yg dipilhnya serta mempertahankan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual
terhada partner-nya
Rentang respon
rerilaku seksual
Yg adaptif terlihat dari perilaku yg memenuhi kriteria:
1. Terjadinya antara dua orang dewasa
2. Memberikan kepuasan timbal balik bagi pihak yg
terlibat
3. Tidak membahayakan kedua belah pihak baik secara
psikologis maupun fisik
4. Tidak ada paksaan
5. Tidak di lakuan di tempat umum
Yg mall adaptif meliputi perilaku yg tidak memenuhi satu
atau lebih kriteria di atas.
Disfungsi
seksual
Adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami suatu perubahan dalam fungsi seksua yg di
gambarkan sebagai ketidakpuasan, merasa tidak di hargai, tidak adekuat.
Jenis – jenis
disfungsi seksual:
1. Penyimpangan seksual Hipo dan Hiper seksualitas
Pada
kedua duanya pria dan wanita, mungkin keinginan atau dorongan seksual itu hanya
kecil atau sebaliknya besar. Bilamana ha ini sudah patologik sukar sekali di
katakan. Sebagai patokan dapat di pakai keluhan dari mereka sendiri atau dari
partner-nya.
2. Penyimpangan hasrat
(Hipo
aktif, keengganan seksual frigiditas)
3. Penyimpangan getaran seksual (baik pria maupun wanita )
4. Penyimpangan orgasme
5. Penyimpangan nyeri seksual
6. Gangguan kemampuan seks
7. Masturbasi kompulsif
Deviasi
seksual dan seksual abnormal
Adalah gangguan arah – tujuan seksual. Cara utama untuk
mendapatkan kepuasan seksual ialah dengan objek lain. Yang dimaksud dengan
deviasi seksual di klafisikasikan dalam gangguan jiwa (PPDGJ - 1), yaitu:
1. Homosexualitas (dan lesbianisme)
2. Fetishisme
3. Pedofilia
4. Transvestitisme
5. Ekshibionisme
6. Voyeurisme
7. Sadisme dan
masokhisme; dan
8. Transeksualisme
9. Deviasi seksual lain
Faktor
predisposisi penyimpangan seksual
1. Faktor biologis
Penyimpangan
hasrat seksual Hipo aktif di hubungkan dengan kadar testosteron serum yg rendah
pada seorang pria dan untuk meningkatkan kadar serum prolaktin pada wanita
2. Faktor psikososial
Penyimpangan
hasrat seksual dapat berhubungan dengan sejumlah konflik perkembangan awal yg
telah membiarka individu dengan hubungan bawah sadar antara impuls seksual dan
perasaan malu, bersalah dengan berlebihan
Faktor
presipitasi
Identitas
seksual tidak dapat di pisahkan dari konsep diri atau gambaran diri seseorang.
Faktor presipitasi spesifik meliputi :
1.
Penyakit fisik dan
emosional
2.
Efek samping dari
pengobatan
3.
Kecelakaan atau
pembedahan
4.
Perubahan karena
proses penuaan
Manifestasi
klinik pada deviasi seksual
1.
Memperlihatkan alat
kelamin kepada orang lain/ asing
2.
Getaran seksual
pada kehadiran objek objek yg tidak hidup
3.
Menyentuh atau
menggosokan alat kelamin seseorang terhadap orang yg tidak mengizinkan
4.
Tertarik kepada
atau melakukan tindakan seksual dengan anak prapubertas
5.
Getaran seksual
melalui mempermalukan, memukul, melempar, atau sebaliknya untuk membuat
menderita (melalui fantasi, membuat diri sendiri menderita atau dengan seorang
pasangan seksual)
6.
Getaran seksual
dengan membuat penderitaan psikologis atau fisik pada individu lain (baik
dengan yg mengzinkan atau yg tidak mengizinkan)
7.
Getaran seksual
melalui memakai pakaian lawan jenis
8.
Etaran seksual
melalui mengamati orang – orang yg tidak di curigai baik yg telanjang atau
terlibat dalam aktivitas seksual
9.
Masturbasi yg seringkali di sertai dengan aktivitas
– aktivitas yg di gambarkan saat mereka melakukannya seorang diri
10. Individu itu tampak sekali distress dengan aktivitas –
aktivitas ini
Pengkajian
a. Kesadaran diri perawat merupakan elemen terpenting agar
dapat membantu pasien dengan masalah seksualitas
b. Faktor perilaku
Ada
beberapa cara ekspresi seksual. Pada tahun 1948,kinsesy menggunakan skala sampai nilai 7 untuk memeriksa
kecenderungan seseorang, dimana 0 menunjukkan pengalaman heteroseksual yg
eksklusif. 6 berarti pengalaman homoseksual yg ekslusif, dan 2,3, serta 4
menunjukan biseksualitas. Ia melaporkan bahwa kebanyakan individu tidak secara
ekslusif heteroseksual maupun homoseksual.
c. Mekanisme koping yg munkin menggunakan untuk
mengekpresikan respon seksual individu:
·
Fantasi mungkin di
gunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual.
·
Denial, mungkin di
gunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik atau ketidakpuasan seksual
·
Rasionalisasi,
mungkin di gunakan untuk mendapatkan pembenaran atau penerimaan tentang motif
prilaku, perasaan dan impuls seksual
·
Menarik diri,
mungkin di lakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalen terhadap
hubungan intim yg belum terselesaikan secara tuntas
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan
yg mungkin timbul pada klien dengan penyimpangan respons seksual :
a. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan rasa malu
setelah mastektomi, ditandai oleh tidak adanya keinginan seks
b. Perubahan pola seksuallitas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencapai orgasme,ditandai oleh tidak adanya kepuasan
seksual
c. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan konflik
perkawinan, di tandai oleh tidak timbulnya gairah pada saat pemanasan sebelum
berhubungan intim
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan meminum alcohol yg
berlebihan, di tandai oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi
e. Disfungsi seksual berhubungan dengan rasa takut terhadap
penetrasi, di tandai dengan rasa sakit ketika berhubungan intim
Perencanaan
Tujuan
: mempertahankan hubungan professional antara perawat – pasien yg memungkinkan
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yg terapeutik
Hasil
yg di harapakan : pasien akan mencapai tingkat respons seksual adaptif maksimal
untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan
Prinsip
asuhan:
·
Menjalin hubungan
saling percaya
·
Waspada kepada
perasaan dan pikiran dalam diri sendiri
·
Kurangi ekpresi
perasaan dan prilaku seksual pasien
·
Perluas penghayatanpasien
ke dalam persaan dan prilaku
intervensi :
·
Ekspresikan
perhatian dan kepedulian yg non seksual kepada pasien
·
Kuatkan tujuan
hubungan terapeutik yg professional antara perawat pasien
·
Gunakan pendekatan
yg tenang pada fakta tanpa memberkan penilaian
·
Dengarkan masalah
seksual yg tersirat dan di ekspresikan
·
Bantu pasien
menggali keyakinan, nilai dan pertanyaan tentang seksual
·
Dukung komunikasi
yg terbuka antara pasien dan pasangannya
·
Berikan penyuluhan
tertentu tentang praktek kesehatan, perilaku , dan masalah seksual
·
Rujuk pasien pada
terapi seks yg professional sebagaimana yg di perlukan